Skip to main content

(artikel) Pender Froject..... part 2

Akhirnya setelah sekian lama, Bass gw beres juga. Kenapa lama? Karena, waktu install preamp terjadi masalah, sehingga gw nunggu sparepart penggantinya (Dikirim Gratis).

Jadi, secara ringkasan, upgrade yg gw lakukan:
1. Refret, Leveling, Refinish Fretboardnya.
2. Beli pickup Dimarzio Model J warna cream (supaya keliatan vintage)
3. Pasang Preamp.
4. Bikin Control Plate pake Rosewood


1. Refret, Leveling, Refinish Fretboard
Berhubung Fretboardnya udah ancur, ditambah fretnya udah dadas, ditambah inlaysnya udah kayak jigong, so yang harus dilakukan pertama adalah rapiin Fretboardnya.

Pengerjaan dilakukan di Pak Zaenal (Bogor), yang konon ahlinya Fender. Jadi ane percayain ke sana. Ternyata setelah dikerjakan, menghadapi kendala. CUACA!!! Waktu itu udah mulai musim ujan, sementara refinish membutuhkan waktu supaya mengeras.... Ya udah deh nunggu aja......

Hasilnya: cukup memuaskan, sayangnya sisa sundutan rokok ga bisa ilang sepenuhnya. Ya, wis lah... yang penting udah rapi.
Naah.. Kelaaar.

Pas dicoba, hmmmmm playabilitynya uenaaaaaak polll...

2. Beli Pickup Dimarzio Model J

Pole piecesnya bisa naek turun....

Gw beli dengan harga murah (di bwh gope.... ssst.......). Dipikir-pikir gw hoki juga, soalnya pickup ini:
1. Langka di Indonesia.....
2. Konon, ini eksnya Indro Hardjodikoro....
3. Gw beli dengan harga murah (padahal harga barunya bisa 2 jtan)
4. Bentuk single coil, tetapi sebenernya humbucker......... Bass ane bebas noise.....
5. Sesuai sama karakter yang gw mau --> Deep dan Fat. (Untuk ngimbangin karakter kayu sungkai yang cenderung agak bright)
6. Warnanya mengesankan produk vintage banget......
7. Ketinggian tiap pole piecesnya bisa diatur.... Pleksibel banget lah (yg bikinnya mungkin kuliahnya di IPB - Institut Pleksibel Banget)


3. Pasang Preamp
Awalnya, gw pesen ke agan Yuddy di Bogor, preamp YM1. Tetapi, setelah omong2 dan melalui proses diskusi, ane dikasih clonenya OBP3, dengan rincian:
1. Knob Bass, Mid, Treble
2. Switch Aktif/Passive
3. Switch Mid Frequency 400/800Hz
4. Knob Volume, Balance
pengennya ini.................... hiks kurang duit.....

Awalnya, gw ragu. Bener ga nih preamp clone bakal enak. Ternyata............ suaranya asik bgt.....
Lownya bulat dan dalem.... Dalam posisi normal, cukup transparan suaranya. Karakter pickup Dimarzionya ga ilang.

Kurangnya cuman satu. Seandainya Knob Bass/treblenya bisa pake potensio tumpuk, gw ga perlu ngubah control plate. Berhubung ini jadinya 5 knob, gw harus cari akal untuk bisa masang ini di bass gw yang control platenya cuman 4 lubang.

4. Bikin Control Plate dari Rosewood
Agan Yuddy emang top. Gw beli pickup sama preamp ke dia, eh sama dia dikasih control plate dari Rosewood. Wow, Exotic......
switch midnya terlalu deket sama potensionya.... aaaargh


Selesai deh masalah control plate. Tinggal dimaenin aja.


Sayangnya semua recording device gw lagi ga berfungsi. Jadi belum bisa kasih sample suaranya....
Maap yaa.....

Comments

  1. Om, untuk preamp YM nya itu pesen dimana? ada kontak atau alamatnya ndak? hehe.
    makasih om.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu dia. kontaknya gw ilang euy. gara2 HP rusak.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

(artikel) Pickup Bass? Binatang apa itu?

Kendala lain ketika kita memilih bass adalah memilih tipe pickup yang sesuai dengan selera kita. Masalahnya adalah mungkin bagi para pemula yang baru mau membeli bass pertamanya, beli yang mana ya? Banyak banget macemnya, ada yang kotak panjang dua biji, ada yang kotak kecil dua biji naronya ga rata, ada yang kotak besar, ada yang jumbo totol-totol logam gede-gede. Emangnya bedanya di mana sih? Ngaruh ga seh? Kok ada yang pake batere? Kok ada yang naronya miring? Kok ada yang kalo dinyalain berisik banget? Bartolini? DiMarzio? Lindy Fralin? Siapa itu? Aaaaaargghhhhh............... Mari kita melihat satu persatu 1. Precision Single Coil Pickup beginian udah agak jarang. Tapi ini cikal bakal Bass merek Fender pada tahun 1951. Bass yang pakai pickup ini contohnya Bass Precision yang dipake sama Sting: tuh contohnya.... Tapi beli Fender signature yah, siapin budget lebih deh..... tapi buat ente yang duitnya mayan cekak (gua mengerti kok.... bagaimana rasanya jadi bass

(artikel) Made in Indonesia......

Kalau kita dengar tentang good quality instrument, pasti kita sebagai pemain bass langsung terbayang 3 huruf ini: MIA dan MIJ. Kalau bisa punya Fender MIA, rasanya Batas Psikologis Pemain Bass (BPPB) sudah terlampaui..... padahal maennya masih cupu.... Nah, sebagai pemain bass yang dilahirkan di Tanah Air Indonesia tercinta, dibesarkan di Indonesia, dan mencari sesuap nasi (dan segenggam berlian) di Indonesia juga........, pastilah kita pernah dengar sama bass MII (Made in Indonesia), tentunya ini artinya Bass yang diproduksi di Indonesia, menggunakan tenaga kerja Indonesia, bahkan kadang-kadang kayu yang ada di Indonesia. Batik Bass Contohnya: Merk Asing 1. Bass-bass Yamaha seri BB424 sampai 1024X, RBX, RBX4 A2 2. Bass Sterling by Musicman 3. Bass Squier Vintage Modified 4. Bass Cort keluaran di atas 2010 (kalo ga salah ya) 5. Bass GnL Tribute L2000, L2500, dan JB2 Merk Lokal: 1. Bass Artrock 2. Bass Gilmore 3. Bass Rockwell 4. Bass Nats Nah, kira-kira bagus gak

(artikel) Kayu pembentuk Body bass...

Ketika kita memilih Bass, baik mau membeli yang baru atau membangun yang baru (custom), pastilah memeriksa spesifikasi dari Bass tersebut. Spesifikasi yang biasanya pertama kali muncul adalah material pembentuk body bass . Secara umum, biasanya Body Bass terbentuk dari 2-3 pcs kayu yang dilem sehingga memenuhi ukuran yang pas untuk dibentuk. Semakin banyak kayu yang dilem, semakin buruk resonansinya (biasanya). Meskipun beberapa builder telah melakukan riset, agar proses penempelan ini tidak berpengaruh terhadap resonansi. Misalnya untuk Yamaha BB1024x (bisa lihat di websitenya Yamaha). Pada beberapa builder tertentu, body bass ini ditempel lagi pada bagian permukaan depan dengan kayu lain (disebut laminated top), untuk kepentingan estetika (supaya bassnya kelihatan gagah dan keren) atau untuk memberi pengaruh suara yang belum dapat diberikan oleh kayu utama. Biasanya laminated top yang hanya untuk estetika hanya berupa veneer kayu dengan ketebalan 0.6 mm, karena ketebalan ini